Wednesday 28 October 2009

Sumpah Pemuda 2009. Sebuah perbedaan, sebuah persatuan

Peringatan Sumpah Pemuda ke 81 sudah kita lewati . Mulai dari yang semangat hingga yang apatis, gue melihat itu walaupun hanya dari dunia online. gue dan teman-teman lainnya berusaha mengumpulkan orang-orang untuk berpartisipasi dalam Sumpah Pemuda Online lewat twitter, facebook dan media lainnya utnuk mempersatukan kita kembali lewat dunia online. Dan gue sangat kagum melihat begitu banyak cara orang untuk merayakan hari kelahiran identitas bangsa kita yang kita kenal sebagai Sumpah Pemuda.

Hasil apa yang kita tuai dari peringatan itu ? apakah itu hanya sekedar seremoni yang bersifat bertahan satu hari yang menjadi euforia sesaat atau akan kita teruskan. Bagaimana kita menyikapi perbedaan kita dengan menyadari persatuan kita ?

Gue adalah seorang peranakan keturunan yang menyadari perbedaan gue namun tetap mencintai negara gue, tidak ada maksud tertentu dalam gerakan Sumpah Pemuda 2009 ini, namun gw ingin merasakan satu persamaan, sebagai bangsa Indonesia, paling tidak di pandang sama sebagai individu Indonesia.

Coba lihat ke sekitar kita dan coba sadari betapa banyak diskriminasi karena perbedaan yang kita rasakan ataupun yang kita ciptakan. Mungkin bukan cuma gue saja yang merasakannya, baik itu yang berasal dari orang luar atau berasal dari lingkungan di sekitar gue sendiri yang mendiskriminasi pihak lainnya, dan gue yakin banyak dari teman-teman yang juga merasakan itu.

Coba kita lihat ke dalam diri kita sendiri, seberapa sering kita meng-universalkan sifat maupun karakter berdasarkan suku, ras, etnis dan bahkan yang lebih parah lagi, agama ? Dan kita tidak melihat itu sebagai sebuah bentuk perbedaan yang patut kita hargai namun sebaliknya kita menganggap itu adalah cela. Dan yang lebih parah lagi, kita cenderung menciptakan tembok untuk menghindari hal-hal seperti itu yang akhirnya malah menjerumuskan kita ke jurang perbedaan yang semakin dalam. Gue gak perlu jawab, tapi gue yakin kita sadar akan hal-hal itu.

Bisakah kita melihat perbedaan itu tanpa cela? bisakah kita menghargai perbedaan itu dengn tulus? bisakah kita menghargai perbedaan itu seperti kita menghargai selera masing-masing orang ketika makan ?

Ini memang sulit karena kita berusaha merubah paradigma dasar pemikiran kita yang sudah tertanam sejak lama, dimana secara tidak sadar diskriminasi itu sering terucap oleh mulut kita. Perbedaan itu adalah persamaan yang di miliki bangsa Indonesia dan seluruh bangsa di dunia.

Tapi sebuah langkah kecil dengan di mulai dari sendiri adalah suatu permulaan yang baik yang. Perlahan dan menularkannya ke sekitar kita. Jadikan virus dan sebarkan ke seluruh penjuru negara. Dan akhirnya kita akan hidup tanpa batasan perbedaan.

silahkan caci maki gue, silahkan komentari gue dan gue ucapkan terimakasih bagi yang setuju dengan tulisan gue, yang jelas gue akan terus membawa misi ini ke lingkungan dan orang-orang di sekitar gue.

Gue Galang, Gue Cina dan Gue Orang Indonesia

Semoga mulai hari ini Identitas perbedaan menjadi cara kita untuk menghargai arti persatuan

Salam

5 comments:

  1. Indonesia tanah air beta..
    Pusaka abadi nan jaya..
    Indonesia sejak dulu kala..
    SLalu dipuja puja bangsa..

    Disana(sini) tempat Lahir beta..
    dibuai dibesaRKan bunda..
    Tempat beRLindung diHari tua...
    Sampai akhiR menutup mata...

    aKu cin(t)a Indonesia..

    ReplyDelete
  2. Nggak sengaja nyangkut disini, Cina Indonesia? Saya saat ini tinggal di Pontianak Kalimantan Barat, jalan sedikit ke segala arah, akan kelihatan orang Cina. Kata-kata yang saya ketik barusan bisa jadi politically correct, bisa jadi politically incorrect: "orang Cina" saya sendiri tidak tahu harus menyebut apa: "Tionghoa" "Warga Keturunan" "Orang Cina"?

    Saya sendiri adalah orang batak dan kristen pula, dalam skala tertentu saya tahu artinya menjadi minoritas (lagipula saya pernah lama jadi penghuni satu kelas yang penghuninya sipit semua), kalimat ini juga bisa jadi politically incorrect.

    Yang saya mau katakan, pada kenyataannya masalah etnis di Indonesia ini seperti api dalam sekam, tidak perduli etnis apapun anda. Sebagian dari kita mencoba meredam dengan berusaha untuk saling mengerti, tapi tidak sedikit yang bahkan tidak perduli.

    Dan masalah resistansi etnis tidak hanya terjadi di Indonesia, di Eropa (Spanyol, Jerman dll) yang kita sering anggap sebagai wilayah liberal, sama saja.

    Banyak yang bisa dibicarakan (dan dituliskan) menyangkut hal ini. Saya baru saja selesai membaca ulang buku Simon Winchester: River At The Center of The World, walaupun agak melenceng dari fokus bahasan buku tersebut (The Great Yangtzee), saya rasa terlalu sederhana jika saat terjadi masalah terkait Suku Cina di Indonesia, lalu orang membuat kesimpulan ini adalah rasa benci antar etnis akibat masalah sosial dan sebagainya.

    Asumsi saya ini adalah dorongan dasar, serupa insting carnage yang ada pada setiap manusia, ini adalah masalah manusia yang membenci sesamanya manusia, kebetulan Cina Indonesia dianggap sebagai "easy target" bahkan dalam pemilihan gubernur dan wakil di Kalbar: "bargaining chip".

    Saya pribadi lebih suka memakai istilah "Suku Cina" untuk menyandingkannya dengan suku lainnya di Indonesia, dengan segala kebaikan dan keburukannya, sama sekali tanpa menafikan "Cina" yang telah menjadi bagian dari sejarah dunia.

    Dan Indonesia? Negeri ini adalah milik semua orang yang mencintainya siapapun dia. (Walau terkadang sangat sulit untuk mencintai negeri ini)

    ReplyDelete
  3. Keren ni,,,semoga kita yg cina2 ini ikut terlibat dalam pendewasaan nasionalis bangsa Indonesia...

    ReplyDelete
  4. Hello,

    gue nemu artikel yang mungkin menarik buat lu baca nih. mau gue kasih linknya, tapi kayaknya nggak bisa.. judul artikelnya Bittersweet, dari website Inside Indonesia. Coba google 'bittersweet inside indonesia' deh, mestinya keluar.

    Ide blog yang menarik, teruskan ya =)

    Cheers,

    ReplyDelete
  5. Terus terang, secara pribadi saya masih ragu apakah makna dan hakikat Sumpah Pemuda 1928 ini benar2 sudah dipahami oleh generasi ini??

    Tak perlu lah berdebat masalah ideologi politik dan idealisme.. tengok saja hal2 sederhana seperti kebiasaan berbahasa Indonesia kita sehari-hari.. apakah sudah mencerminkan semangat Sumpah Pemuda..????

    Pertanyaan sederhananya bisa dicontohkan seperti ini: Istilah manakah yang lebih sering kita pakai, antara GUE dan SAYA.. antara ELO dan ANDA.. antara BOKAP dan AYAH ... dst... ???

    tentu masing2 bisa menilai dirinya sendiri....

    ReplyDelete